Fisika dari Momen Nyaris Apes Nyetir Motor di Jalan

Salah satu dari terlalu banyak close call di jalan yang sudah kualami.

Velika Li
2 min readNov 15, 2021
Photo by Joey Lu from Pexels

Cuaca mendung di siang hari sekitar pukul 13.30 di Jalan Kendangsari, Surabaya. Aku sedang mengendarai motor menuju arah pulang dari kantor klien setelah menitipkan dokumen klaim rawat inap. Ketika itu, di lengkungan ke kiri jalan Kendangsari, aku memperlambat kecepatan agar lintasanku tidak melebar ke sebelah kananku. Pengendara pasti paham situasi ini. Melihat ke kaca spion kiriku, tiba-tiba ada pemandangan yang sangat dekat seorang pengendara motor yang sudah hampir tidak terlihat karena blind spot spion. Sesaat setelahnya seorang pengendara motor begitu dekat di sisi kiriku menyalip dan mempercepat diri hingga ia melebar ke sebelah kanan setelah berhasil melewatiku, menyalip pengendara lain di depan. Tidak lama setelahnya, kulirik spion kanan dan fenomena yang sama terjadi: seorang pengendara motor pula yang melaju dan mengarah ke kiri (alias sisi kananku) untuk menyalip.

Emosi? Jelas. Namun lebih lega karena untungnya kok ya sempat terlihat di spion. Pengendara pertama lah yang paling nyaris kena, karena ketika aku melambat, otomatis aku mengendalikan setir ke kiri agar tidak melebar ke kanan. Aku bayangkan hal ini akan sama saja meskipun aku nyetir kendaraan apapun kalau harus berhadapan dengan pengendara kendaraan apapun yang seperti itu.

Topik keselamatan dan keamanan berkendara sedang hangat-hangatnya di kalangan masyarakat Indonesia. Banyak faktor yang kita bisa kendalikan dan lebih banyak lebih yang tidak bisa kita kendalikan. Hal yang bisa kita lakukan, ya tetap fokus pada porsi kita. Itulah lingkaran kompetensi kita.

I don’t need to understand the physics formula of angular velocity to understand that: di jalan yang melengkung, kita perlu melambat supaya lintasan tidak semakin melebar. Penyebab trek lintasan kita melebar karena ada kecepatan sudut. Kecepatan sudut dan kecepatan linear itu berbeda. Cukup tahu itu saja. Bahkan, tidak perlu tahu soal eksistensi fisika ketika berkendara terlebih jika kita sudah terbiasa berkendara. Bagaimana implementasinya? Kita perlu berkesadaran ketika berkendara. Bisa dengan dirasakan bagaimana gas dan setirnya.

Kalau kecepatan kendaraan tetap sementara lintasan jalan melengkung, biasanya lintasan kendaraan sendiri akan makin melebar. Ini hubungannya sama hal apa, ribet amat? Agar kita berkendara dengan aman. Banyak hal yang sebetulnya kita ga perlu pinter-pinter banget selama kita punya kesadaran lebih ketika berkegiatan. Saat berkendara, perlu mengendalikan emosi juga. Terlepas dari sebab kenapa orang berkendara secara kurang berhati-hati, dari cerita banyak orang mereka akan berkendara lebih cepat ketika sedang merasa marah atau terpancing oleh pengendara lain. Itu faktor yang kita ga bisa kendalikan ketika di jalan. Jika berhadapan dengan orang demikian, kita yang state-nya sedang normal bisa lebih mawas terhadap keadaan sekitar. Tidak perlu terpancing. Keselamatan kita jauh lebih penting.

Berkendaralah dengan aman, dan sampailah kembali ke rumah dengan nyaman.

--

--

Velika Li
Velika Li

Written by Velika Li

A nerd with varied interests. Currently reforming old habit.

No responses yet