Finsta: Fake Insta alias Akun Pribadi. Fenomena akun media sosial ganda.

Mengamati fenomena akun pribadi. Ini hanya pemikiran dan hasil pengamatan pribadi aja.

Velika Li
2 min readNov 1, 2021

Aku sendiri punya 3 akun instagram, yang sering kugunakan hanya 1, yaitu akun utamaku. Satu aku gunakan untuk mengikuti hal yang jadi interestku yaitu buku-buku dan gadget, biasanya dalam format studygram, serta interior rumah mungil. Satu lagi aku gunakan untuk mengikuti hal perkopian. Kenapa sampai punya 3, karena algoritma. Aku sangat tidak suka ketika melihat explore dan isinya konten yang aku tidak suka karena berdasarkan kesukaan orang lain. Sederhananya, aku jarang mengikuti apa yang jadi kesukaan orang lain.

Ternyata fenomena ini bernama, yaitu Finsta atau Fake Instagram, ada istilah juga Sinsta atau Second Instagram; kalau akun yang “sebenarnya” disebut Rinsta atau Real Instagram. Akunku tidak fake sih, hanya terbatas sekali dan tidak kubiarkan mengikuti maupun diikuti orang lain karena ingin menjaga konten di explore. Kan bisa follow hashtag saja, Vel? Ya tentu berbeda sih; sudah pernah dicoba. Dan masih tertumpuk oleh algoritma yang mengutamakan konten tertentu.

Menurut beberapa sumber, fenomena ini terjadi karena perasaan tuntutan untuk tampak sempurna di media sosial dan terjadi pada remaja, terlihat sejak tahun 2017. Di finsta mereka, ada rasa bebas untuk memasang konten yang membuat mereka bebas dari perasaan tuntutan tersebut. Ada juga yang membuat finsta dengan alasan yang sama denganku, ingin menikmati konten yang betul-betul disenangi; lagi: tanpa merasa di-judge atau di-bully karena kesenangan mereka, yang malah mereka merasa tidak PD kalau “ketahuan” punya interest dalam hal tersebut. Kalau aku betul-betul sebel dengan algoritma yang malah banyak memunculkan berita gosip dan konten yang overrated, sih.

Miris juga, apakah ini ada hubungan dengan kurangnya ruang yang aman untuk berekspresi?

Memang sih media sosial itu hanya menunjukkan porsi yang sangat kecil dari keseluruhan hidup kita. Kadang seseorang lupa kalau hidup itu memang tidak bisa nampak sempurna sampai ia bisa jadi tertekan karenanya. Entah siapa yang memulai, media sosial sudah berubah jadi ajang unjuk kehidupan yang baik.

I did wish that people can just mind their own business and mind their own actual friends, rather than be unhappy trying to win strangers’ attentions. Just be happy, find your happiness outside of social media. Kamu akan baik-baik saja.

Beberapa sumber bacaanku berasal dari salah satu post di Medium juga berjudul How Youth Are Reinventing Instagram and Why Having Multiple Accounts Is Trending dan juga artikel ini How teens use fake Instagram accounts to relieve the pressure of perfection. Sampai saat ini aku belum berhasil menemukan riset perilaku sosial ini. Mohon referensinya jika ada ya.

--

--

Velika Li

A nerd with varied interests. Currently reforming old habit.